Selasa, 19 Juli 2011

Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Legenda Malin Kundang
Tugas  ini disusun guna memenuhi tugas individu
Mata Kuliah: Antropologi Pendidikan
Dosen Pembimbing: Drs Moch Fuad

Diususun Oleh :
Reni Susanti
08410202

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011

A.    Kronologis Cerita
Malin Kundang adalah cerita rakyat yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.
Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga yang memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampunghalamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.
Malin kundang termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah
menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal
dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya.
Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang
akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan
perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata. Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan ibu Malin Kundang.
Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggu anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya. Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segeramelepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada Istrinya.
Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
B.     Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Yang tersirat didalamnya
Cerita malin kundang ini memiliki banyak kandungan pendidikan islamnya. Diantaranya adalah Nilai akidah, nilai ibadah, dan nilai akhhlak.. Dalam penulisan ini, penulis ingin mencoba menjelaskan satu persatu nilai yang terdapat dalam cerita Malin Kundang.

1.      Nilai Akidah
Nilai akidah yang meliputi bentuk kepercayaan atau keyakinan seseorang akan kebesaran Allah SWT serta cara seseorang untuk mendapat kepercayaan itu.
Dari dongeng diatas kita ketahui bahwa ibu malin mempunyai kepercayaan akan kekuasaan  Tuhan terlihat saat ibu malin Marah karena malin Kundang tidak mengakui Dia sebagai ibunya, karena Ibunya tidak kuasa menahannya maka Ibu malin menyerahkannya kepada Allah. Allah Yang maha Kuasa terlihat dalam Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat: 116
n?»yètGsù ª!$# à7Î=yJø9$# ,ysø9$# ( Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd >u ĸöyèø9$# ÉOƒÌx6ø9$# ÇÊÊÏÈ  
Artinya: “maka maha tinggi Allah, penguasa yang sebenarnya, tidak ada sesembahan selain Dia, Tuhan yang mempunyai ‘arsy Yang Mulia” (Al-Mukminun:116)
Selain itu kekuasaan Tuhan dapat dilihat juga dalam Al-Qur’an Surat Shaad ayat 66:
>u ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ âƒÍyèø9$# ㍻¤ÿtóø9$# ÇÏÏÈ  
Artinya: “Tuhan Langit dan bumi dan yang ada diantara keduanya yang Maha Perkasa lagi maha pengampun” (Q.S Shaad: 66)
Dari ayat-ayat Allah diatas dapatdiketahui bahwa Allah adalah penguasa Langit dan Bumi seutuhnya tidak ada kekuatan yang melebihi Dia. Allah dapat mendengar dan melihat apapun yang dilakukan oleh hambanya.
2.      Nilai Ibadah Meliputi:
a.       Doa orang tua untuk anaknya
b.      Doa orang tua akan keselamatan anaknya.
Dalam Q.S Al-mu’min ayat 60, Allah Berfirman:

tA$s%ur ãNà6š/u þÎTqãã÷Š$# ó=ÉftGór& ö/ä3s9 4
Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu .
Allah telah berjanji bagi hambanya yang akan berdo’a maka Allah akan mengabulkan do’anya. Seorang hamba ketika berdo’a, akan dikabulkan dengan 3 macam:
Pertama, langsung dikabulkan, kedua, tidak langsung, ketiga, do’anya menjadi tabungan diakhirat dan dikabulkan, lewat dicegahnya ia dari bencana[1].
Ibu Malin Kundang dalam cerita diatas mendo’akan agar anaknya diberi keselamatan, maka ketika di kapal ada bajak laut dan membunuh awak kapal, Malin Kundang dilindungi oleh Allah melalui perantara tertutupi dengan kayu.
Dan ketika Malin tidak mengakui Ibunya, kemudia Ibunya berdo’a agar anaknya menjadi Batu. Maka malin pun langsung menjadi Batu atas kekuasaan Allah. Do’a merupakan ibadah yang paling utama dihadapan Allah swt, sekaligus merupakan ruh ibadah terpenting dalam rangkaian ibadah  kepada-Nya.
3.      Nilai Akhlak, meliputi :
a)      Sabar
Sabar adalah menahan diri sejalan dengan tuntutan akall dan agama. Sabar juga di artikan sebagai tahan terhadap setiap penderitaan atau sesuatu yang tidak disenanginya dengan sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah swt[2].
Allah berfirman Q.S Muhammad ayat 31

öNä3¯Ruqè=ö7uZs9ur 4Ó®Lym zOn=÷ètR tûïÏÎg»yfßJø9$# óOä3ZÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur (#uqè=ö7tRur ö/ä.u$t6÷zr& ÇÌÊÈ  
Artinya:Dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”.
Jika kita menyimak cerita diatas ibu dari Malin merupakan orang yang sabar, terlihat ketika dia tidak diakui bahwa dia adalah ibu dari Malin Kundang, dan Dia di dorong hingga terjatuh. Ibu Malin tidak membalas dengan perbuatan keji seperti yang dilakukan oleh Malinn Kundang akan tetapi Ibu Malin menyerahkan semuanya kepada Allah swt. Dan segala sesuatu akan terjadi hanya karena Izin Allah swt.
b)      Akibat Uququl walidain/Durhaka kepada orang tua
Rasulullah saw bersabda:
الكبا ئر: الاشراك با الله وعقوق الوا لدين و قتل النفس واليمين الغموس
 ( روا ه البخا ري)
“Dosa-dosa besar adalah: mempersekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh orang dan sumpah palsu”. (HR Bukhari)
Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah swt, sehingga azabnya disegerakan Allah di dunia ini. Hal itu dinyatakan oleh Rosulullah saw:

كل الذ نوب يؤ خر الله تعا لي ما شا ء منها الا عقوق الوا لدين, فاء ن الله تعا لي يعجله لصا حبه في الحيا ة الدنيا قبل المما ت (روا ه الطبراني)
Artinya: “Semua dosa-dosa diundurkan oleh allah (azabnya)sampai waktu yang dikehendaki-Nya kecuali durhaka kepada orang tua, maka sesungguhnya Allah menyegerakan (azabnya) untuk pelakunya diwaktu hidup didunia ini sebelum dia meninggal”.(HR Hakim).
Dalam hadits lain Rasulullah saw menjelaskan bahwa allah swt tidak akan meridhoi seseorang sebelum dia mendapatkan keridhaan dari kedua orang tuanya: 

رضي الر ب في رضي الوا لد , وسخط الر ب في سخط الوالد (رواه الترمذي)
Artinya: “Keridhoan Rabb (Allah) ada pada keridhoan orang tua, dan kemarahan Rabb (Allah) ada pada kemarahan orang tua”. (HR. Tirmidzi)
Demikian Allah dan Rosul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa. 
Kita tentu dapat memahami kenapa Rosulullah saw mengaitkan keridhoan Allah dengan kedua orang tua dan memasukkan kedalam kelompok dosa besar, bahkan azabnya disegerakan didunia. Hal itu mengingat betapa istimewanya kedudukan orang tua di dalam ajaran Islam sebagaimana yang sudah diuraikan diatas. Dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua kepada anaknya. Sebagai contoh Dari cerita Malin kundang dapat diketahui betapa bersahajanya Ibu Malin, dia rela berkorban dan membesarkan anaknya seorang diri, dia banting tulang demi membesarkan dan membahagiakan anaknya. Dari contoh tersebut wajar kalau Allah mengaitkan keridhaan Allah dan kemarahan-Nya dengan keridhaan dan kemarahan orang tua[3].
Didalam cerita rakyat Malin Kundang, digambarkan seorang Anak yang dahulunya adalah anak miskin yang di  besarkan oleh ibunya samapi besar dan setelah besar dan dapat mencari uang sendiri bahkan mejadi orang yang kaya raya, samapai tidak mau mengakui kalau orang yang tua, keriput dan berpakaian compang camping tersebut adalah ibunya. Dan bahkan Malin mendorong Ibunya hingga terjatuh. Allah pernah berfirman dalam Q.S Al-Isra’ ayat 23 yang bunyinya:

* 4Ó|Ós%ur y7/u žwr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$­ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8yYÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ  
Artinya: “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”.

Dari atas dijelaskan bahwa kita seorang anak berkata “ah” saja tidak dibenarkan dalam Islam apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar dari pada itu, seperti yang dilakukan oleh Malin yang tidak mau mengakui bahwa wanita tua itu adalah ibunya dan mengatakan bahwa ibunya adalah seorang pengemis yang mangaku-ngaku sebagai ibunya, selain itu dia juga mendorong ibunya. Malin yang telah terbuai dengan kehidupan dunia yang serba glamor sampai melupakan jasa Ibunya dan kasih saying ibunya yang sejak kecil dia terima.
Wajar ketika Ibu Malin, mendo’akan keburukan kepadanya. Dan karena ijin Tuhan Do’a tersebut langsung dikabulkan oleh Allah dan atas Kuasa-Nya Malin berubah menjadi batu.
Dari cerita Malin banyak hikmah yang dapat kita petik seperti yang di jelaskan diatas. Kita sebagai guru PAI juga dapat menggunakan metode dongeng untuk menemkan rasa berbakti kepada orang tua, pembiasaan do’a, Tauhid atau kepercyaan kita terhadap Tuhan melalui dongeng legenda Malin Kundang. Karena anak akan lebih tertarik jika pembelajaran digunakan dengan menggunakan cerita-cerita. Anak dapat mengilustrasikan apa yang diceritakan guru tersebut, hingga dapat tertanam dalam diri peserta didik itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
M. Arifin Ilham. 2006. Rahasia kekuatan Do’a. Bandung: Syamiil Cipta Media
Yunahar Ilyas, 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset
Saefudin Azis. 2009. RATIH (Pendidikan Agama Islam) kelas VII semester gasal. Klaten: Sekawan Klaten.


[1] M. Arifin Ilham. 2006. Rahasia kekuatan Do’a:Bandung: Syamiil Cipta Media, hal 5
[2] Saefudin Azis. 2009. RATIH (Pendidikan Agama Islam) kelas VII semester gasal. Klaten:Sekawan Klaten. Hal 25
[3] Yunahar Ilyas, 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset, hal 157